Million Words – Chapter 2

Title                 : Million Words

Rate                 : T

Genre              : BL, Romance, Angst

Pair                  : ChangKyu, BinKyu

Cast                : Cho Kyuhyun, Shim Changmin, Kim Woobin

Co Star          : Kim Myungsoo, Kim Jongin and others

Warning        : BL, OOC, Typo (es), Don’t Like = Don’t Read.

CHAPTER 2

Kyuhyun menghembuskan nafas kesal setibanya ia di toilet. Bagaimana mungkin ia bisa diintimidasi oleh seorang murid biasa seperti Kim Woobin? Apa kelebihan anak bandel itu hingga ia dengan lancangnya bisa membuat Kyuhyun benar-benar berdebar seperti ini?

“Tidak, tidak, jangan pikir aku menyukainya. Dia membuatku berdebar karena terus menerus menatapku seolah siap menyantapku kapan saja. Siapa yang bisa tahan ditatap seperti itu?” monolog Kyuhyun dengan nada luar biasa kesal.

Kembali Kyuhyun menghembuskan nafas kesal. Ia memandangi wajahnya di kaca besar. Tiba-tiba ia tersentak dengan munculnya lelaki lain dari balik bilik salah satu toilet di belakangnya.

“Kyuhyun-ssi? Kau bicara sendiri?”

Lelaki itu adalah salah satu rekan kerjanya. Lee Hyukjae. Lelaki kurus yang terkenal dengan gummy smile-nya itu menatapnya dengan senyum mengejek.

“Tidak.. tidak apa-apa. Aku hanya bercanda tadi. Aku hanya mengingat sepenggal kalimat dari drama yang aku tonton semalam.” Jawab Kyuhyun.

Sudah pasti jawabannya adalah sebuah kebohongan besar. Mana mungkin ia membiarkan seorang Hyukjae yang sangat pandai menyebarkan gosip tahu mengenai keresahannya? Berbohong adalah hal paling tepat saat ini.

Hyukjae mengangguk. “Lalu bagaimana hubunganmu dengan Changmin? Kapan kalian akan menikah?”

Lagi-lagi pertanyaan seperti ini. Tidak bisakah orang-orang berhenti menanyakan hal yang paling dihindari Kyuhyun saat ini?

“Oh.. Kami sedang memikirkannya. Tapi karena kesibukan masing-masing, kami memutuskan untuk menundanya sebentar.”

Enggan. Itulah yang ia rasakan. Enggan menjawab. Enggan membicarakannya. Bahkan enggan memikirkan mengenai hal itu.

“Jangan terlalu lama berpacaran, tidak baik. Biasanya salah satu diantaranya akan merasa jenuh. Sebenarnya sudah seharusnya kalian menikah. Apalagi yang kalian tunggu? Kalian sudah sama-sama bekerja. Keluarga Changmin sangat menyayangimu, bukan? Dan yang terpenting, kalian berdua saling mencintai. Apa lagi yang kalian tunggu?”

Kyuhyun sedikit terperangah dengan kata-kata Hyukjae barusan. Terlalu lama berpacaran? Jenuh? Bagaimana setidaknya lelaki di depannya itu bisa berpikir sesuatu yang sama dengannya saat ini, Kyuhyun tidak berani bertanya.

Kyuhyun tahu bahwa Hyukjae benar, ia dan Changmin sudah terlalu lama berpacaran. Seandainya Changmin tidak terlalu sibuk, seandainya ia sendiri tidak terlalu bersikap dewasa dengan menunda pernikahan pada tahun ketiga hubungan mereka, mungkin kejenuhan ini tidak akan terasa.

Dengan menikah, Kyuhyun akan mempunyai kesibukan lain. Ia bisa mengadopsi seorang anak dan mengurusnya setiap hari seperti yang selalu ia dan Changmin impikan selama ini.

“Ya! Mengapa kau malah melamun? Aku sedang bicara padamu.” Protes Hyukjae.

Kyuhyun mencoba tertawa walau terdengar cukup kering. “Maafkan aku. Saat ini aku hanya sedang banyak pikiran. Aku terkadang tidak fokus dengan hal-hal di sekitarku.”

Hyukjae menyipitkan matanya. “Apa kau dan Changmin baik-baik saja?”

Kyuhyun mengangguk cepat. “Kami baik-baik saja. Dan aku tahu kau pasti menebak bahwa masalahku adalah dengan Changmin saat ini, bukan? Tidak, jangan khawatir. Ada hal lain yang cukup menggangguku saat ini. Tapi aku baik-baik saja.”

Hyukjae menghembuskan nafas lega. “Baguslah kalau begitu. Aku pikir ada yang terjadi diantara kalian.”

Dan entah mengapa Kyuhyun ikut menghembuskan nafas lega.

*

            “Ya! Woobin-ah, bangun! Mau sampai kapan kau tidur? Ayo bangun.” Teriak Myungsoo dengan putus asa selama nyaris 30 menit berusaha membangunkan sahabatnya yang bagaikan mati jika bertemu dengan bantal dan tempat tidurnya.

“Woobin-ah, bukankah kita akan pergi hari ini? Ya! Bangun!” kali ini Jongin yang berteriak kesal.

Tapi lagi-lagi lelaki itu tetap diam. Tetap bergelung nyaman di bawah selimutnya, seolah tidak ada interupsi ataupun teriakan-teriakan marah yang mengganggu.

Jongin dan Myungsoo saling melemparkan tatapan licik. Senyum-senyum nakal terukir di bibir keduanya.

“Kupikir tidak ada jalan lain.” kata Jongin.

Myungsoo mengangguk. “Aku bahkan tidak peduli kalau ia marah sekalipun.”

Dengan gerakan super cepat nan kuat, keduanya membuka selimut Woobin lalu menarik paksa lelaki bertubuh besar itu turun dari tempat tidurnya.

Bukkkk…!

Suara bedebuk keras langsung terdengar disusul raungan murka di kamar mewah itu.

“YA…!!!!! KENAPA KALIAN MEMBANGUNKANKU???”

Suara Woobin menggelegar bagai guntur di siang itu karena hal yang paling disukainya terusik dengan datangnya dua monyet pengacau.

“Bukankah kita akan mengunjungi villa orang tuamu? Apa kau lupa? Sudah tugasmu untuk mengeceknya setiap sebulan sekali.” Jawab Jongin dengan nada kalem.

Kim Woobin masih menyesuaikan matanya dengan sinar matahari yang menerpa wajahnya sebelum ia menjawab.

“Oh.. Aku lupa kalau sudah waktunya.”

“Tentu saja kau lupa. Semalam kau sibuk memata-matai guru geografi kita hingga larut malam. Kau bahkan tidak mau pulang dari kegiatanmu yang memuakkan itu kalau kami tidak menyeretmu.” Myungsoo menambahkan.

Kim Woobin tersenyum. “Dia manis, bukan?”

Jongin dan Myungsoo menyeringai. “Yeah, manis sekali.”

Woobin mendelik. “Ya! Aku serius. Dia manis sekali. Lihatlah caranya tersenyum. Caranya bicara dengan bibirnya yang merah itu dan lihatlah caranya memberenggut ketika aku menggodanya. Belum lagi dengan rona di kedua pipinya. Oh Tuhan.. dia benar-benar makhluk paling manis yang pernah aku temui!”

“Ya, ya, ya, aku tahu. Sekarang kau mandi dulu lalu kau bisa melanjutkan khayalanmu setelah itu.” usul Jongin seraya melemparkan handuk pada sahabatnya itu.

Kini gantian Woobin yang menyeringai. “Nanti? Tidak.. Tidak.. Aku tidak bisa menunggu. Kurasa aku akan melanjutkan khayalanku di kamar mandi.”

Pandangan lelaki itu menerawang. Sesekali ia menggigit bibirnya seraya tersenyum nakal.

Myungsoo menatap Woobin dengan pandangan horor. “Ya! Jangan bilang kau akan..”

“Dia pasti akan lebih mempesona jika tak ada selembar benangpun menutupi kulit pucatnya itu.. Oh, aku akan banyak bersenang-senang jika itu terjadi. Kalian bersantailah dulu, mungkin aku akan sedikit lama. Dan jangan hiraukan suara-suara yang nantinya akan kalian dengar dari kamar mandi.”

*

            Kim Woobin mungkin terlihat sangat brengsek di depan semua orang. Tubuh tinggi dengan berat yang proposional serta kesukaannya pada olah raga membuatnya terlihat seperti algojo seksi. Wajahnya yang tampan dengan rahang kokoh dan tatapan matanya yang tajam membuatnya tampak seperti malaikat pencabut nyawa paling menggoda yang pernah ada.

Siapapun yang mengenalnya di sekolah pasti hapal dengan kebiasaannya yang hanya mengikuti kelas hanya kalau ia menginginkannya serta sikapnya yang bossy. Ia bahkan suka sekali tidur di kelas daripada mendengarkan gurunya bercuap-cuap di depan kelas.

Tapi tidak ada yang bisa menghentikannya karena selain cukup tajam dengan kata-katanya, ia ternyata mempunyai otak yang sangat cerdas. Nilainya selalu sempurna. Metode belajarnya adalah dengan mendengarkan. Walaupun ia tidak mencatat seperti teman-temannya, tetapi informasi yang didengarnya akan langsung ditangkap dan dimasukkan ke dalam otaknya.

Namun dibalik semua itu, ia adalah anak yang sangat menyayangi orang tuanya juga sangat setia kepada teman-temannya. Itulah yang membuat Kim Jongin dan Kim Myungsoo tahan berteman dengan anak keras kepala ini.

Dan mengenai kesukaannya pada Cho Kyuhyun, mungkin hal ini menjadi hal paling spesial mengingat ia belum pernah seberani ini membuntuti gurunya sendiri dan mengintai semua kegiatannya tanpa peduli apakah Kyuhyun akan keberatan atau marah, tanpa mau tahu apa incarannya itu telah memiliki kekasih selama bertahun-tahun. Ketika ia sudah menjatuhkan pilihan, pantang baginya untuk mundur.

*

            “Bagaimana kalau yang ini?”

Kyuhyun mendekati patung petani mini di atas rak pajangan yang ditunjukkan Changmin. Patung yang terbuat dari keramik hijau itu sangat cantik, Kyuhyun pun menyukainya. Siang itu ia dan Changmin akhirnya bisa pergi bersama setelah beberapa bulan belakangan Changmin sangat sibuk dengan yayasan sosialnya.

Keduanya tengah mencari kado yang bagus untuk ulang tahun sepupu Changmin yang jatuh dua hari lagi. Mereka sudah berkeliling ke beberapa tempat dan belum juga menemukan hadiah yang paling pantas untuk Junsu.

“Bagus, aku suka. Kau mau beli yang ini?”

Changmin tampak berpikir sebentar lalu menjawab. “Kurasa aku akan melihat-lihat ke dalam sebentar, tolong carilah di sekitar sini, siapa tahu ada yang lebih menarik.”

Kyuhyun hanya mengangguk lalu menjelajahi rak-rak pajangan di sekitarnya. Dan detik berikutnya, ketika ia melihat ke luar jendela, barulah ia sadari bahwa ia menemukan pemandangan tak asing.

Di sana, di seberang jalan, tepat di depan sebuah mini market, berdiri seorang lelaki yang cukup dikenalnya. Lelaki jangkung itu bersandar di dinding bata sambil merokok dengan gaya menyebalkan. Matanya yang tajam terus memantau Kyuhyun tanpa henti.

“Sial! Kenapa dia ada di sini? Apa sudah sedaritadi ia membuntutiku?” erang Kyuhyun.

Kyuhyun membuang pandangannya. Ia berusaha keras mencari hadiah yang pantas untuk Junsu. Tapi entah mengapa ia justru merasa canggung. Kembali ia menoleh pada lelaki tolol di luar sana. Namun lelaki itu masih menatapnya dengan tatapan nakal yang sama. Ia bahkan berkedip menggoda, membuat Kyuhyun nyaris melemparkan patung-patung kecil di sekitarnya ke wajah menyebalkan sang stalker.

“Aku tidak mendapatkan sesuatu yang bagus di dalam. Ayo ke tempat lain.”

Suara Changmin membuatnya nyaris melompat dari tempatnya berdiri. “Ya! Changmin-ah, kau membuatku terkejut. Aku nyaris terkena serangan jantung!”

Changmin tertawa geli melihat Kyuhyun yang mengelus dadanya. “Mengapa kau begitu terkejut?”

Kyuhyun menggeleng. “Tidak apa-apa. Aku hanya sedang melamum tadi. Ayo, kita cari hadiah di tempat lain.”

Ia lalu menggandeng lengan Changmin dengan mesra, berharap Kim Woobin bisa melihat dengan jelas betapa Kyuhyun tidak tertarik padanya. Ketika ia menoleh lagi, lelaki itu sudah menghilang. Hal ini membuat Kyuhyun sedikit penasaran.

Dimana dia? Kenapa dia menghilang begitu saja? Tunggu, mengapa aku justru mencarinya? Bukankah lebih baik ia pergi?

“Kurasa aku akan membelikannya pakaian saja. Lihat, sepertinya toko ini menjual banyak barang bagus. Ayo melihat ke dalam.” kata Changmin ketika keduanya sudah sampai di salah satu toko pakaian yang cukup terkenal di daerah itu.

Keduanya langsung masuk dan melihat-lihat di sekitar toko. Setelah lima menit mencari, Changmin berpamitan karena akan menjelajahi lantai dua sedangkan Kyuhyun ditugaskan untuk melihat-lihat di lantai satu.

Kembali Kyuhyun berjalan sendiri, melewati puluhan pakaian yang berjejer rapi di sana, mencari hadiah paling pantas untuk seorang Junsu yang terkenal menyukai barang bagus.

Sreettt..!

Tiba-tiba sebuah tangan besar menariknya masuk ke dalam kamar ganti paling ujung di sebelah kiri. Detik berikutnya ia sudah berada dalam sebuah dekapan hangat dan disambut dengan aroma maskulin yang memabukkan. Kyuhyun tidak bisa melihat apa-apa, wajahnya sepenuhnya tenggelam di dada bidang sang ‘penculik’nya. Ia hanya bisa mendengar suara besi digesek tanda pintu kamar itu telah terkunci.

“Ya! Siapa kau? Lepaskan aku!”

Kyuhyun berusaha berontak sekuat tenaga, tapi semakin kuat ia berusaha lepas, semakin kuat pula sepasang tangan kokoh itu memeluknya. Akhirnya ia menyerah karena kekuatannya tidak sebanding dengan si pemeluk.

“Siapa kau? Katakan!” tanya Kyuhyun dalam bisikan keras.

“Bukankah tanpa kukatakan, kau sudah tahu siapa aku?”

Deg! Suara itu.. Kyuhyun membelakkan matanya. Ia sangat menghapal suara berat yang kerap kali ia dengar kala menggodanya.

Tidak.. Tidak mungkin! Bagaimana mungkin anak ini ada disini? Bukankah ia sudah pergi tadi?’ pikir Kyuhyun. ‘Bagaimana kalau..

“Apa kau takut kekasihmu yang baik hati itu akan melihat kita?” bisik Woobin di telinga Kyuhyun.

Tunggu, bagaimana ia tahu? Apa ia bisa membaca pikiranku?

“Jangan khawatir, aku tidak sedang membaca pikiranmu. Aku hanya menebak. Bukankah kau kemari dengan kekasihmu itu? Jadi sudah pasti kau ketakutan jika ia menemukanmu terjebak dengan nyaman di dalam pelukanku, kan?”

Kyuhyun melepaskan pelukan Woobin dengan cara halus, anehnya muridnya itu justru melepaskannya dengan mudah.

“Terjebak dengan nyaman? Siapa yang nyaman dengan pelukanmu, hah?” tanya Kyuhyun tajam.

“Oh.. Jangan berpura-pura. Aku tahu kau menyukainya, kan?” kata Woobin dengan senyum menggoda.

Kyuhyun memutar bola matanya dengan malas. Kim Woobin pasti jenis makhluk hidup yang langka dan perlu dilestarikan mengingat betapa percaya dirinya ia dengan setiap kata-katanya.

“Kauuu? K-A-U? Ya! Aku ini gurumu! Mengapa kau..”

Tapi protes Kyuhyun langsung dipotong oleh Woobin. “Bukankah kita tidak sedang berada di lingkungan sekolah? Lagipula.. Apa kau lebih nyaman dipanggil dengan sebutan Cho Songsaengnim?”

“Te-tentu saja! Di dalam maupun di luar sekolah sama saja. Tunjukkan rasa hormatmu.” Kata Kyuhyun lagi.

“Tapi.. Apa kau tidak berpikir bahwa ketika kita berdua ketahuan tengah bermesraan di sini, orang-orang akan menyangkamu sebagai pedofilia mengingat aku adalah muridmu?” kembali Woobin menyerangnya.

Kyuhyun baru akan menjawab ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Changmin tercetak di layarnya, membuat jantung Kyuhyun berdetak cepat karena takut.

“Pacarmu?”

Kyuhyun memberenggut. “Dia tunanganku! Ya! Berhenti bersikap kurang ajar! Panggil aku songsaengnim!”

“Shireo..!” jawab Woobin keras kepala.

“Kyuhyun-ah, apa kau ada di dalam?” suara Changmin terdengar dari luar. Kyuhyun terkesiap.

“Bagaimana ini?” tanya Kyuhyun dalam bisikan kecil pada dirinya sendiri. Wajahnya menjadi semakin pucat karenanya. Ia benar-benar tidak mau Changmin salah paham karena hal ini.

Kim Woobin tertawa senang melihat kegelisahan gurunya itu. ‘Manis sekali.’ Pikirnya. Andai saja mereka sedang tidak dalam keadaan seperti ini, mungkin ia akan melumat bibir merah itu dan membuat pemiliknya mabuk kepayang.

Tapi Woobin mencegah niatnya. Ia malah membuka pintu dan tersenyum lebar kepada kekasih gurunya itu.

“Anneyong haseyo, Kim Woobin imnida.”

Changmin sedikit terkejut karena ternyata yang keluar adalah seorang pemuda jangkung yang kelihatan jauh lebih muda darinya. Di belakangnya tampak Kyuhyun yang sibuk menatap ke arah lain.

“Oh.. Anneyong haseyo. Apa aku mengenalmu?” tanya Changmin dengan sedikit ragu.

Woobin menggeleng. “Tentu saja tidak, anda mungkin tidak pernah melihat aku sebelumnya. Aku adalah murid dari Cho songsaengnim. Tadi kami bertemu disini, lalu beliau mengatakan bahwa beliau tengah mencari kado ulang tahun untuk sepupu anda. Jadi, ketika beliau melihat aku dan memilih jaket ini, beliau memintaku untuk mencobanya karena tidak mau salah ukuran.”

Beliau? Sejak kapan anak ini menjadi sangat sopan seperti ini? Oh.. Changmin harus mendengar bagaimana kurang ajarnya anak ini kalau berbicara denganku.’ Keluh Kyuhyun dalam hati seraya menatap punggung Woobin dengan tatapan tidak suka.

Mendengar penjelasan Woobin yang panjang itu, Changmin hanya mengangguk. Tubuh anak muda di depannya itu memang sedikit mirip Junsu walaupun sudah jelas pemuda itu jauh lebih tinggi. Changmin lalu menerima jaket yang disodorkan oleh Woobin dan mengamatinya.

“Kyuhyun-ah, pilihanmu tepat sekali. Junsu pasti suka. Ini benar-benar seleranya. Ya.. Kau memang yang terbaik.” kata Changmin riang.

Cih! Pilihannya? Terbaik? Tidak bisakah lelaki ini melihat bahwa jaket yang kukenakan hampir mirip dengan jaket yang kuberikan? Tidak bisakah ia melihat bahwa gaya berpakaianku lah yang tengah ia genggam? Tidak bisakah ia melihat bahwa pacarnya tidak terlalu pandai dalam berbusana?’ Woobin mendecih dalam hati.

“Oh.. Tidak juga.. Itu.. Woobin tadi membantuku.. jadi..” Kyuhyun menjawab dengan terbata-bata. Untunglah Woobin sedikit berbohong, kalau tidak mungkin kejadiannya akan lain, walaupun Kyuhyun masih mempertanyakan dalam hati bagaimana Woobin bisa tahu apa yang mereka cari di sini.

“Apapun itu. Terima kasih. Setelah ini kita bisa pulang dan beristirahat. Aku lega sekali kita sudah mendapatkan hadiah yang cocok mengingat kita mencarinya hampir seharian.” Kata Changmin menatap jaket di tangannya dengan bangga.  “Nah, aku akan membayarnya di kasir sekarang, tapi.. Woobin-ssi, maukah kau makan siang dengan kami?”

Tolak! Jangan ikut dengan kami!’ seru Kyuhyun dalam hati.

Senyum Woobin mengembang. “Tentu saja, aku akan senang sekali.”

*

            “Kau benar-benar anak yang baik hati. Juga sangat perhatian dengan gurumu sendiri. Kyuhyun sangat beruntung punya murid sepertimu.” Ujar Changmin dengan bangga.

“Benarkah? Kurasa anda terlalu berlebihan. Aku hanya berusaha lebih baik.” jawab Woobin dengan sopan.

Entah sudah berapa kali Kyuhyun memutar bola matanya dengan rasa mual. Kata-kata dan sikap Woobin berbeda 180 derajat ketika sedang bersamanya dan kini ia menampakkan image baik di depan Changmin?

“Tidak, kau sungguh anak yang baik. Di usia 17 tahun seperti ini kau sudah menunjukkan  sikap yang baik kepada sesama. Itu sangat penting sebagai tabunganmu di hari nanti. Bagaimana dengan nilai-nilaimu di sekolah?”

“Aku? Oh.. Sebenarnya nilaiku biasa saja. Tapi aku terus berusaha keras dengan mengerjakan tugas sekolah sebaik-baiknya serta rajin masuk kelas. Aku harus lulus dengan nilai bagus tahun depan, bukan?” jawab Woobin lagi, kali ini dengan susah payah menahan tawanya.

Berusaha keras? Nilai biasa? Rajin masuk kelas? Oh.. Bagaimana mungkin ia menyembunyikan reputasinya? Penipu kecil!’ geraman lain muncul di kepala Kyuhyun.

“Chagi-ah, kenapa kau tidak makan banyak seperti biasanya? Apa kau sakit?” tanya Changmin pada Kyuhyun ketika dilihatnya makanan pada piring Kyuhyun masih tersisa sangat banyak.

“Aku.. Tidak apa-apa, hanya saja selera makanku hilang. Mungkin karena aku lelah. Kupikir, aku hanya butuh istirahat.” Jawab Kyuhyun.

Keduanya masih sibuk berbicara, tanpa memperhatikan tatapan tajam Woobin ketika melihat interaksi keduanya, apalagi saat Changmin berusaha menyuapkan sesendok makanan ke mulut Kyuhyun.

Dan sepanjang makan siang itu di penuhi oleh kegundahan Kyuhyun, kemarahan Woobin dan ketidak tahuan Changmin.

*

            (From : Idiot)  “Belum apa-apa aku sudah merindukanmu..

(From : Sweet Pumpkin) “Hentikan! Kau pikir siapa kau? Jangan pernah berani merindukanku! Bermimpipun kau tidak boleh!

(From : Idiot) “Kemarilah, datanglah padaku dan hentikan mimpi-mimpi liarku tentangmu.

(From : Sweet Pumpkin) “Kurasa kau harus memeriksakan dirimu ke rumah sakit jiwa karena mentalmu yang bobrok dilengkapi dengan otak tololmu serta sikapmu yang munafik! Jangan ganggu aku!

(From : Idiot) “Tidak sadarkah kau bahwa kaulah yang membuatku jadi seperti ini? Kau harus bertanggung jawab, songsaengnim! Atau aku akan terus melekat padamu hingga kau berpaling padaku.”

Kyuhyun meremas ponselnya. Anak kurang ajar itu bahkan dengan berani mencari nomor teleponnya dan menerornya seperti ini. dengan kesal ia kembali membalas pesan singkat itu.

(From : Sweet Pumpkin) “Aku tidak membuat perubahan apa-apa padamu jadi tidak ada yang harus kupertanggung jawabkan. Dan kau idiot, berhentilah melarikan diri dari kelasmu! Aku lelah mendengar Hyukjae-ssi mengeluh betapa tidak bisa diaturnya dirimu beserta dua kelincimu itu! Setidaknya berbaik hatilah pada wali kelasmu itu.”

(From : Idiot) “Aku hanya mengikuti kelas yang aku inginkan. Seandainya bukan kau yang mengajar Geografi, aku pun akan melakukan hal yang sama.

(From : Sweet Pumpkin) “Ya! Apa kau tidak mau lulus nanti? Apa kau pikir dengan nilai bagus saja sudah pasti akan membuat sekolah meluluskanmu? Kehadiran juga diperlukan! Mengapa kau sulit sekali untuk mendengarkan gurumu?

(From : Idiot) “Sebentar.. Mengapa kau peduli? Apa kau sudah mulai khawatir padaku? Oh.. Kau membuatku berseri-seri malam ini.

Peduli? Peduli? Siapa yang peduli pada anak tolol seperti itu? Kyuhyun mendecih pelan lalu kembali membalas pesan itu dengan ketukan-ketukan kasar pada layar ponselnya, tanpa mengindahkan apakah Changmin yang tertidur pulas di sampingnya akan terbangun atau tidak.

(From : Sweet Pumpkin) “Mengapa kau begitu percaya diri?

(From : Idiot) “Dan mengapa kau selalu membohongi perasaanmu? Ayolah, aku tahu benar kau juga menyukaiku.

(From : Sweet Pumpkin) “What??!! Menyukaimu? Ohh, kempiskan sedikit kepalamu yang sebesar labu Halloween itu, idiot! Untuk apa aku menyukai pemberontak sepertimu?

(From : Idiot) “Aku tahu kau juga sangat menginginkanku. Mungkin sekarang kau menyangkalnya, tapi nanti.. Nanti kau akan benar-benar menyukaiku, ah tidak.. menginginkanku..

(From : Sweet Pumpkin) “Terserah! Aku muak bicara denganmu! Aku mau tidur! Berhenti mengirimiku pesan, idiot!

(From : Idiot) “Kau seharusnya berhenti sejak tadi jika kau memang muak. See? Tanda-tanda kesukaan pertama : tidak bisa menghentikan tanganmu ketika mengetik pesan pada seseorang.

Kyuhyun membacanya dengan perasaan murka. Ingin sekali ia meremas ponselnya hingga hancur berkeping-keping seperti keinginannya menghancurkan Kim Woobin yang terlalu percaya diri dan luar biasa menyebalkan.

Tapi di sisi lain ia menyadari bahwa lelaki itu benar, jika ia memang muak, sudah sedaritadi ia menghentikan obrolan mereka atau langsung menghapusnya sejak awal, bukan? Mengapa ia justru terus terpancing dengan obrolan itu?

Tidak.. Tidak.. Ia tidak memiliki tanda-tanda kesukaan pertama seperti yang Woobin sebutkan tadi. Tapi.. Sepertinya.. Sedikit ruang di hatinya menikmati pertengkaran yang tidak pernah ia alami bersama Changmin.

Kyuhyun menoleh dan memandangi wajah tampan yang terlelap di sampingnya. Ia mencintai Changmin. Dan karena cinta inilah ia bertahan dalam hubungan ini.

“Changmin-ah.. Haruskah kita bertengkar agar aku merasa hubungan kita lebih hidup?”

*

PhotoGrid_1383715792058

To Be Continued..

52 thoughts on “Million Words – Chapter 2

Leave a comment